Jakarta, korankabarnusantara.co.id – Masih terngiang Pidato kenegaraan Presiden baru Republik Indonesia Prabowo Subianto yang dilihat di dengar oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Dalam pidato itu mengandung tema yang mendalam mengupas kondisi bangsa ini tentang kemandirian dan ketahanan pangan serta energi, pendidikan, kemiskinan, kesadaran anti korupsi, subdidi tepat sasaran serta kepemimpinan yang menjadi tauladan.
Terasa lengkap, menyeluruh, disampaikan dengan retorika tanpa teks dan dengan gaya khasnya.
Persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa disebut dalam pidato itu. Bahkan dari permulaan, nama-nama undangan yang hadir pun, baik pemimpin dalam negeri ataupun pemimpin utusan negara sahabat, dirapal satu per satu.
Kritik pada praktik korupsi di berbagai eselon dan usaha bisnis, pentingnya kolaborasi semua pihak, sikap arif dan bijaksana, pentingnya demokrasi Indonesia yang santun, hindari permusuhan dan caci-maki, kemerdekaan rakyat dari ketakutan dan kemiskinan, kebijakan luar negeri Indonesia, dan apresiasi pemimpin sebelumnya.
“Pidato Presiden RI berharap bukan hanya sebuah retorika, namun menjadi harapan besar bagi rakyat Indonesia untuk merubah keterpurukan bangsa dari praktik-praktik Korupsi Kolusi maupun Nepotisme,” ungkap Senator lintas generasi Almira Nabila Fauzi.
Gadis berparas cantik asal Provinsi Lampung ini, berharap jeritan rakyat yang dirasakan selama ini baik tentang pangan, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pendidikan, subdidi negara kepada rakyat dapat di perangi oleh kesadaran mental kita bersama yang diemban oleh pejabat negara baik tingkat Pengawasan maupun eksekusi pelaksanaan program yang pro rakyat, menjadi tauladan dalam pemberantasan korupsi.
Kolaborasi antara Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif harus benar-benar berdasar pada mental dan rasa tanggung jawab atas amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk membangun kesadaran berbangsa dan bernegara mewujudkan kemakmuran rakyat Indonesia yang komplek dan beraneka ragam budaya.
“Mari kita kawal pidato yang mengejutkan ini, karena rakyat menunggu aksi nyata Kabinet Merah Putih, konsistensi antara perkataan dan prilaku, bukan sekadar retorika, bukan pencitraan, bukan blusukan saja. Nyata, berani, dan tegas, hukum harus ditegakkan,” harap Almira Nabila Fauzi.
(ando)